Setetes Salju di Padang Sahara

Setetes Salju di Padang Sahara

Hari Jumat yang mendung. Awan kelabu bergelayut di langit, sembari sang mentari tersipu-sipu di balik segerumbul awan putih yang menyiratkan hujan. Aku duduk termenung di dalam masjid dekat dengan tempat shalat. Sambil memegangi buku novel yang baru setengah kubaca, aku melihat sekilas beberapa orang mahasiswi yang belum pernah kujumpai memasuki area masjid. Memang aku hanya sekadar mampir ke sini kalau kepepet dengan waktu shalat, tapi aku cukup yakin untuk menerka kalau mereka adalah mahasiswi baru. Masih tampak raut kekanak-kanakkan semasa SMA, masih ceria dan jauh dari kesan tertekan. Masih besar ghirah dan keingintahuan mereka tentang kehidupan seputar perkuliahan.

Gerimis kecil mulai turun. Tak berapa lama, untaian air yang lebih besar terdengar ramai berpadu dengan lantai batu di latar masjid. Tirai basah itu seolah juga menembus ke dadaku, menimbulkan kesejukan di relung sukma. Satu orang, dua orang… akhirnya semua teman-teman yang kukenal bergabung di organisasi kecil ini berkumpul.

Surakarta, … Juli 2009

Luka kecil di lututku menambah dua lagi teman baru dalam hidupku di sini. Di kota Budaya yang terlampau jauh dari kota asal. Dari sejak terjatuh sewaktu dibonceng dengan sepeda motor, aku hanya nyengir setiap kali ditanya ‘kakimu sakit nggak Dek’. Yang jelas, aku bahagia karena telah dibantu untuk menemukan tempat tinggal baruku. Asrama PGSD tercintaJ.

SKI adalah organisasi pertama yang nyanthel di otakku pada saat itu. Di kampus ini hanya tersedia dua macam organisasi, dan aku yang terlalu polos saat itu memilih untuk tidak terlalu membebani diri sendiri. Kulihat banyak juga teman-teman sekelas yang tertarik untuk mendaftar, namun tidak demikian halnya dengan teman-teman yang lain. Tak apalah, toh aku memilih ini bukan karena ikut-ikutan.

Pertemuan pertama. Aku malah tertidur sehabis kuliah, ke’dodol’an pertama selama aku ‘magang’ di sana. Beberapa minggu kemudian, aku berkesempatan untuk menghadiri syuro pertamaku di masjid. Sayangnya, aku belum begitu paham tentang materi yang dibahas, dan alasan kedua aku merasa jenuh selama di sana adalah: belum begitu banyak orang yang kukenal sehingga tak ada obrolan berarti yang bisa kulakukan.

Hari, minggu, dan bulan berganti. Syuro dan agenda datang silih menyapa, namun yang kulakukan kala itu hanyalah membiarkannya terbang berlalu. Mungkin jiwaku masih seperti anak kecil, masih sangat mengharapkan motivasi dan ‘rayuan’. Di samping itu, mundurnya satu persatu teman seperjuanganku membuatku ikut merosot. Satu dua ajakan yang datang belum mampu mengembalikan semangatku untuk terus melaju bersama mereka.

Hingga akhirnya…

Hidayah itu turun bak setetes salju di tengah hatiku yang setandus padang sahara. Kusingkirkan semua rasa malu dan segan, kuabaikan semua firasat bahwa aku akan dikucilkan lagi. Bersama dengan dua orang teman yang telah kuanggap sebagai sahabat, aku kembali.

Syuro pertama tentang mabit. Meski sudah setengah jalan, aku berusaha untuk mengoptimalkan tenaga dan pikiranku untuk acara itu. Agenda kedua, latihan kurban. Pada saat itu aku mulai menemukan indahnya kebersamaan. Bercengkerama dengan para akhwat yang (ternyata) gokil bin narsis, aku mulai bisa ikut tertawa. Agenda ketiga, keempat… Hingga aku tak lagi ingat sudah agenda ke-berapa sekarang.

Yang jelas, aku bersyukur. Bersama dengan mereka aku tak hanya mendapat pertemanan biasa, melainkan persahabatan yang sarat akan ibadah dan, jujur, aku mulai bisa menerima mengapa dulu mereka memperlakukanku seperti itu. Mereka tak pernah bermaksud seperti itu, hanya sering waktu, jadwal dan suasana hati yang membuat kondisi menjadi tak sesuai dengan yang diharapkan.

Untuk sahabat-sahabatku, terima kasih karena kalian telah setia mengingatkanku dalam kebaikan J. Untuk kakak-kakakku, terima kasih karena kalian selalu sabar menghadapi ‘kenakalan’ku.. :P. And the most of it, thanks to Allah SWT Who gave this precious chance and made all possible for me..

PGSD Dormitory, December 18, 2010

With smile and spirit,

KJ